Manka bersama dengan Perkumpulan Elang dan EcoNusantara tengah mendorong upaya penyelamatan dan pemulihan bentang alam Semenanjung Kampar-Kerumutan. Untuk mendapatkan dukungan dari Kabupaten Siak dan masukan terhadap konsep penyelamatan dan pemulihan ekosistem Semenanjung Kampar-Kerumutan yang sedang dikembangkan, maka pada 28 Juli 2022 dilakukan Focus Group Diskusi (FGD) bersama para pihak di Kabupaten Siak. Penyelamatan dan pemulihan dua landscape ini dipandang penting karena merupakan hamparan gambut dan mangrove terluas yang terancam rusak akibat aktifitas illegal di dalamnya. Hal ini juga merupakan bentuk kontribusi Riau dalam upaya mencapai target NDC Indonesia melalui sector kehutanan dan penggunaan lahan (Folu) guna menahan kenaikan suhu bumi yang dapat mengakibatkan krisis iklim global.
Gagasan dan inisiatif ini dibahas bersama Bupati Siak Drs Alfedri M.Si, Koalisi Serumpun (Perkumpulan Elang, Eco Nusantara dan Perkumpulan Manka) dan juga dihadiri NGO lingkungan di Riau, serta masyarakat kabupaten siak yang berada di ekosistem Semenanjung Kampar. Dalam kesempatan tersebut, Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan DR Ir Agus Justianto M.Sc mensosialisasikan kebijakan pendekatan FoLU Net Sink ini.
Pemerintah Indonesia sendiri menetapkan target penurunan emisi sebesar 29% usaha sendiri atau 41% dengan dukungan internasional pada tahun 2030, sebagaimana tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC) yang merupakan bagian dari komitmen iklim global Paris Agreement.
Sektor kehutanan adalah yang paling besar kontribusinya terhadap emisi GRK Indonesia terutama berasal dari kebakaran hutan gambut. Sementara itu sekitar 55% gambut di Sumatera berada di Riau atau seluas 5 juta hektar lebih, yang 10 tahun terakhir paling berdampak dan menderita dari kebakaran hutan gambutnya.
Dalam sambutannya, Bupati Siak Alfedri mengatakan, guna mewujudkan pembangunan lingkungan melalui Visi Siak Hijau, pihaknya akan terus bekerja keras agar kebakaran hutan dan lahan semakin berkurang. Dengan demikian, Ia berharap kualitas lingkungan hidup akan meningkat dan kesejahteraan masyarakat juga berdampak positif. Apalagi dalam konteks ekosistem Semenanjung Kampar, 36% kawasannya berada di administrasi kabupaten Siak. Kondisi ekosistem gambut ini relatif baik dan telah menjadi pusat perhatian dunia.
“Bagi Pemerintah Kabupaten Siak, melalui PERDA No. 4 Tahun 2022 tentang Siak Kabupaten Hijau semakin mempertegas komitmen pemerintah kabupaten untuk mendukung kebijakan nasional dalam pencapaian net zero emission termasuk dengan pendekatan Indonesia FoLU Net Sink 2030,” kata Bupati Alfedri dalam sambutannya.
Koalisi Serumpun memaparkan bahwa dua lanskap gambut Semenanjung Kampar merupakan kawasan dengan tutupan hutannya masih alami dan cukup terjaga. Luas Semenanjung Kampar sendiri yakni 734.799,7 hektar dan SM Kerumutan mencapai 192.835,9 hektar.
Direktur Manka, Juliarta Bramansa Ottay, bahwa komitmen untuk FOLU Net Sink adalah bagian dari partisipasi Indonesa dalam menjawab tantangan iklim global saat ini dan masa mendatang. Harapnnya kebijakan dan komitmen FOLU Net Sink ini bisa terus dijaga dan bersifat inklusif yang membuka ruang kemitraan dan tidak meninggalkan pihak manapun. Pemerintah Siak yang memberikan dukungan pada inisiatif ini adalah langkah besar bagi tercapainya aksi kolaboratif para pihak untuk menjaga alam dan manusia.
————–
Inisiatif Restorasi Kampar-Kerumutan merupakan inisiatif yang didorong atas kolaborasi para pihak yang tergabung dalam Koalisi Serumpun yang terdiri dari Perkumpulan Manka, Perkumpulan Elang dan EcoNusantara.