Indonesia telah mengembangkan Strategi Jangka Panjang untuk Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim 2050 (LTS-LCCR 2050). Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan ambisi pengurangan GRK dengan target mencapai puncak emisi nasional pada tahun 2030 yaitu emisi bersih dari hutan dan sektor penggunaan lahan lainnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menerbitkan Keputusan No. 168/Menlhk/Pktl/Pla.1/2/2022 dan menetapkan strategi operasional Kehutanan Indonesia dan Tata Guna Lahan Lain (FOLU) Net Sink 2030 untuk Perubahan Iklim Mitigasi.
Di tingkat tapak, terdapat bentangan alam yang sangat besar dan potensial berkontribusi terhadap FOLU Net Sink, salah satunya adalah bentang alam ekologis Semenanjung Kampar-Kerumutan dengan ekosistem lahan gambut seluas 2.033.433 hektar di Provinsi Riau.
Berdasarkan laju historis kehilangan tutupan hutan dan kebakaran hutan, ekosistem Semenanjung Kampar-Kerumutan menghadapi risiko kehilangan tutupan hutan yang signifikan dengan potensi emisi 109 juta ton CO2e. Bukan hal mustahil jika risiko kehilangan ini juga akan terjadi pada keanekaragaman hayati utama. Oleh karena itu, mengembangkan inisiatif restorasi ekosistem di lanskap ini sangat penting untuk mencegah emisi gas rumah kaca skala besar, sebagaimana menjadi bagian dari operasionalisasi FOLU Net Sink 2030.
Beberapa pemangku kepentingan telah menyatakan minatnya untuk berkontribusi dalam pemulihan dan restorasi ekosistem Semenanjung Kampar-Kerumutan, seperti Pemerintah Kabupaten Siak melalui program Siak Hijau, Pemerintah Kabupaten Pelalawan melalui program Pelalawan Sejuk, Pemerintah Pusat, lembaga multinasional, dan lembaga keagamaan. Berdasarkan minat kontribusi tersebut, sangat penting menunjukkan inisiatif ini untuk mendapatkan dukungan dan komitmen komunitas internasional di Paviliun Indonesia pada COP27 Mesir.
Pada COP27 Mesir, Koalisi Serumpun yang terdiri dari Perkumpulan Elang, Manka dan Econusantara bekerjasama dengan Yayasan Paradigma untuk mengisi satu sesi yang bertajuk “The Kampar Peninsula-Kerumutan Ecosystem Restoration Initiative with FOLU Net Sink Approach” yang menghadirkan Bupati Siak M. Alfredi dan Bupati Pelalawan Zukri Misra sebagai keynote speaker. Presenter dalam sesi ini adalah Riko Kurniawan dari Yayasan Paradigma, Nur Hidayati dari CLUA sebagai perwakilan lembaga filantropi dan Hayu Wibowo dari LPLH SDA MUI sebagai perwakilan majelis agama. Sesi ini dipandu oleh Juliarta Bramansa Ottay, Direktur Manka.
“Seluruh aspek pembangunan di Kabupaten Siak diarahkan selaras agar berdampak positif bagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat serta berwawasan lingkungan” ungkap Bupati Siak dalam sambutannya.
Sebagai tambahan, Bupati Pelalawan Zukri Misra menyampaikan bahwa, “Pelalawan diharapkan dapat membawa kebaikan bagi dunia dalam bentuk sedekah oksigen”. Beliau juga menegaskan bahwa komitmen Kabupaten Pelalawan merupakan salah satu bentuk komitmen moral.
Melalui komitmen dari KLHK, Pemerintah Daerah dan dukungan dari organisasi masyarakat sipil, implementasi restorasi di lansekap Semenanjung Kampar-Kerumutan diharapkan dapat terealisasi untuk tercapainya kelestarian hutan, konservasi keanekaragaman hayati dan kesejahteraan masyarakat.