Pada 22-25 Juni 2023, Perkumpulan Mandala Katalika (Manka) hadir dan terlibat secara langsung dalam kegiatan Rainforest Festival atau “Jelajah Hutan Hujan” yang diadakan di Palangkaraya Kalimantan Tengah. Dalam kesempatan ini Manka secara aktif terlibat dalam serangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai pihak, di antaranya BNF, LPLH SDA MUI, Komisi Fatwa MUI, Muhammadiyah, GKI, FKUB, dan sejumlah para tokoh agama.
Sebagaimana kita ketahui hutan hujan tropis adalah salah satu “penyimpan karbon hijau” dunia. Meskipun luasnya tidak lebih dari 6% dari luas bumi, nyatanya hutan hujan menjadi rumah bagi 40% – 75% flora dan fauna dunia. Beberapa tipe hutan yang masuk dalam hutan hujan yaitu, hutan mangroves, hutan rawa gambut, hutan kerangas, dan hutan dataran tinggi. Dan, Kalimantan memiliki berbagai macam tipe hutan tersebut. Sayangnya, banyak dari kita yang belum mengenal baik berbagai tipe hutan dan kekayaan hayati di dalamnya termasuk ancaman yang dihadapi.
Dengan kegiatan Rainforest Festival “Jelajah Hutan Hujan” ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan tentang berbagai tipe hutan khususnya yang ada di Kalimantan Tengah. Sekaligus memberikan pengalaman masuk ke dalam hutan hujan Kalimantan, yang diharapkan bisa meningkatkan kesadaran publik tentang berbagai ancaman yang dihadapi hutan hujan Kalimantan.
Untuk memberikan pengalaman langsung, dalam kegiatan tersebut menghadirkan labirin hutan hujan untuk memberikan pemahaman yang berbeda kepada publik yang hadir. Selain itu ada juga kegiatan donasi untuk tim patroli, bazaar yang melibatkan para UMKM sekitar, dan agenda lain yang menjadi sorotan utama adalah Diagol Fatwa Perubahan Iklim dan Focus Group Discussion (FGD), kegiatan lokalatih yang dilakukan untuk memfasilitasi para tokoh agama di Kalimantan Tengah mendapatkan tambahan wawasan tentang topik Karhutla dalam rangka penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) para tokoh agama untuk kesiapsiagaan kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah.
Dalam agenda Dialog Fatwa Perubahan Iklim, Majelis Ulama Indonesia sedang mengkaji fatwa perubahan iklim yang bertujuan untuk memahami isu perubahan iklim dampak dan situasi global dalam upaya mitigasi dan adaptasi, menyampaikan peran penting lembaga keagamaan dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dan menjaring masukan terkait urgensi penyusunan fatwa perubahan iklim MUI.
Kegiatan ditutup dengan Kunjungan Lapangan ke Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG) dengan tujuan bisa mengenalkan dan memberikan pengalaman secara langsung habitat, potensi, dan keanekaragaman hayati hutan rawa gambut yang dimiliki Kalimantan Tengah kepada para tokoh agama yang hadir.
Diharapkan dengan penyelenggaraan kegiatan ini para peserta atau masyarakat umum dapat memahami isu-isu terkait perubahan iklim, peran penting lembaga keagamaan dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta mendapatkan masukan atau dukungan terkait penyusunan fatwa perubahan iklim. Semoga menjadi catatan bersama bahwa keberadaan hutan hujan sangat penting dalam mengatasi masalah perubahan iklim yang harus kita upayakan bersama.
