Sebagai langkah awal upaya untuk mengetahui modalitas provinsi terkait rencana pengembangan iklim dan lingkungan di daerah, Perkumpulan Mandala Katalika Indonesia (Manka) bekerjasama dengan School Government of Public Policy (SGPP) dan Kementerian Dalam Negeri Sub Direktorat Lingkungan Hidup dengan dukungan Ford Foundation menyelenggarakan Pelatihan Pemetaan Kesiapan Provinsi untuk Pengembangan Tupoksi dan Kelembagaan Pengelola Kegiatan Iklim dan Lingkungan di Daerah.
Kegiatan belajar diikuti oleh 10 orang peserta dari lima lembaga yaitu GeRAK Aceh, AMAN Sulawesi Selatan, Borneo Nature Foundation Kalimantan Tengah, Lembaga Bela Banua Talino Kalimantan Barat dan Perkumpulan Elang Riau. Peserta dilatih oleh tim pelatih dari School Government of Public Policy (SGPP) yaitu Safendrri Komara Ragamustari P.hd. dan Dr. Fakhrizal Nashr pada 4-5 November 2023 di kampus SGPP di Sentul Bogor Jawa Barat.
Kelima lembaga yang dipilih Manka terlibat dalam pemetaan kesiapan kelembagaan iklim dan lingkungan hidup di daerah mempunyai fokus yang berbeda. Untuk Aceh, Manka bekerja sama dengan GERAK ACEH, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang konsen pada percepatan terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik, membangun gerakan anti korupsi, advokasi kebijakan dan penguatan nilai-nilai demokrasi di Provinsi Aceh. Di Sulawesi Selatan, bekerja sama dengan Aliansi Masyarakat Adat Sulawesi Selatan (Aman Sulsel). Di Kalimantan Barat, bekerja sama dengan Lembaga Bela Banua Talino yang sejak tahun 1993 mengawal isu Advokasi Hak Masyarakat Adat dan Pengorganisasian. Di Kalimantan Tengah, bekerja sama dengan Borneo Nature Foundation yang bergerak di bidang konservasi dan keanekaragaman hayati. Sementara di Riau, bekerja sama dengan Perkumpulan Elang yang mendukung perhutanan sosial dan advokasi masyarakat.
Dalam sambutannya, Direktur Manka Juliarta Bramansa Ottay berharap hasil dari pemetaan dapat dijadikan acuan untuk pengembangan tupoksi dan lembaga pengelola kegiatan iklim dan lingkungan di daerah. “Pemetaaan ini nantinya menjadi langkah awal bagaimana kita sebagai CSOs bisa berkontribusi pada perumusan kebijakan. Dua hari ini kita belajar menuju science based policy,” tutur Juliarta. Harapan senada disampaikan juga oleh Kunto Bimaji M.SI. Kasubdit Lingkungan Hidup, Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri RI yang turut hadir selama 2 hari pelatihan. “Kami berharap kita bisa belajar sama-sama, karena hasil pemetaan yang akan dilakukan nanti akan sangat membantu untuk perencanaan. Tidak hanya mendukung kerja para teman CSO, tapi juga pemerintah,” ucapnya.
Peserta dilatih untuk mendapatkan pemahaman komprehensif tentang analisis kesiapan provinsi dalam mengembangkan tupoksi dan lembaga pengelola kegiatan iklim dan lingkungan di daerah. Di hari pertama, Safendrri Komara Ragamustari P.hd. membuka pelatihan dengan memberikan gambaran dan penjelasan tentang konsep pembangunan berkelanjutan. Dr. Fakhrizal Nashr kemudian melanjutkan lokakarya dengan menjelaskan tentang alat-alat analisis yang dilakukan. Pendalaman, praktek dan presentasi dilakukan kemudian di hari kedua.
SGPP memperkenalkan 4 alat analisis yaitu, RAPFISH, MICMAC, MACTOR, dan MULTIPOL kepada peserta. Empat alat analisis ini dipilih karena dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi keberlanjutan di tingkat yurisdiksi dengan melibatkan pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan yang berkelanjutan. Dua alat analisis, MICMAC dan MACTOR akan dipraktekkan untuk memetakan faktor-faktor dan aktor-aktor di tingkat provinsi yang terkait dengan iklim dan lingkungan di bulan Desember 2023 dan Januari 2024.
“Pelatihan ini menjadi hal baru yang bermanfaaat dan penting bagi kami. Selain sebagai bentuk peningkatan kapasitas, pelatihan ini semakin meyakinkan kami bahwa kerja-kerja di lapangan yang kami lakukan selama ini sangat relevan dan penting sekali untuk dituliskan,” ungkap Sardi Razak, dari Aman Sulawesi Selatan. “Instrumen pelatihan dan metode yang disampaikan selama pelatihan belum pernah kami lakukan. Kombinasi paparan dan juga praktek mempermudah kami memahami materi pelatihan,”imbuh Trifonia Erny dari LBBT Kalbar.