Dalam rangkaian program Ko-Kreasi Program Pengembangan Kapasitas dan Promosi Keberlanjutan Lingkungan bagi Pembuat Kebijakan Indonesia di Masa Depan antara Mandala Katalika (Manka) bersama dengan Golkar Institute, pada tanggal 10 Oktober 2024 lalu, bertempat di Jakarta diselenggarakan kegiatan learning forum.
Kali ini tema yang diangkat adalah “Jakarta Hijau: Mengupas Komitmen Calon Pemimpin Terhadap Lingkungan dan Perubahan Iklim” dengan menghadirkan narasumber dari berbagai kalangan perwakilan juru bicara dari dua Pasangan Calon (Paslon) Pilkada Jakarta, dan perwakilan NGO. Hadir dari Juru Bicara (Paslon) Ridwan Kamil-Suswono diwakili oleh Mulya Amri dan Juru Bicara Paslon (Paslon) Pramono-Rano Karno diwakili oleh Aldy Permana Putra. Sementara itu dari NGO/Pemerhati Lingkungan diwakili oleh Andhyta F. Utami dari Environmentalis Economist, Founder Think Policy dan Amalia Ayuningtyas selaku Co-Founder Bicara Udara.
Dalam diskusi kali ini begitu banyak gagasan untuk lingkungan dengan tujuan membuat Jakarta menjadi hijau. Gagasan dari Ridwan Kamil di antaranya menciptakan permukiman layak huni berkonsep hunian vertikal sehingga lahan horizontal dapat dialihkan menjadi ruang terbuka hijau. Pengembangan perluasan cakupan dan integritas berbagai moda transportasi publik masal seperti MRT, BRT, LRT untuk mengurangi emisi yang dihasilkan kendaraan pribadi, pererapan ERP (Electronic Road Pricing) berbasis emisi, menormalisasi dan menaturalisasi sungai, pengelolaan sampah, hingga kebijakan atap hijau untuk mendorong gedung-gedung di Jakarta untuk memanfaatkan atap sebagai ruang hijau untuk meningkatkan daya serap karbon, menurunkan suhu kota dan memperkuat pertahanan pangan dengan tanaman pangan.
Sementara itu Pramono-Rano terkait isu lingkungan mengangkat permasalahan lingkungan yang erat kaitannya dengan pergerakan manusia, maka kebijakannya akan difokuskan dalam mengatur mobilitas warga Jakarta, memperluas penggunaan solar panel di setiap gedung-gedung pemerintahan untuk mengurangi penggunaan energi fosil. Hingga penggunaan sampah sebagai pembangkit listrik.
Andhyta F. Utami menanggapi bahwa masing-masing paslon harus memiliki target spesifik mengenai penurunan emisi agar implementasinya dapat terukur dan akuntabel. Masyarakat Jakarta memerlukan kebijakan yang game-changing dan berdampak secara nyata. Postur anggaran harus diperhatikan secara detail, terlebih tentang berapa persen dari total anggaran yang akan difokuskan untuk isu lingkungan. Selain itu tata Kelola juga perlu menjadi perhatian khususnya dengan wilayah di sekitar Jakarta. Hal yang dikhawatirkan dari para pegiat lingkungan adalah adanya sentimental politik dari gubernur yang baru terhadap kebijakan gubernur sebelumnya dengan mencabut kebijakan yang sebenarnya baik.
Amalia Ayuningtyas memberikan tanggapan masing-masing paslon harus serius memandang isu polusi udara karena dapat mengancam masalah kesehatan Masyarakat dan perekonomian; biaya kesehatan serta penurunan produktivitas tenaga kerja. Langkah untuk melakukan transparansi dan integrasi data kualitas udara di Jakarta perlu dimaksimalkan karena dapat bermanfaat untuk melindungi warga dengan peringatan dini. Upaya pengurangan polusi udara dari sumber bergerak: penerapan jalan berbayar elektronik, insentif tarif transportasi publik, memperbanyak transportasi pubik dengan energi ramah lingkungan, penyediaan BBM rendah sulfur, pemberlakuan low emission zone. Perbaikan program pelaporan polusi udara, termasuk pembakaran sampah.