Manka, 27 Agustus 2025 – Perkumpulan Mandala Katalika (Manka) bersama Lembaga Bela Banua Talino (LBBT) menyelenggarakan FGD putaran II Sanggau dalam rangka pengembangan program iklim berbasis ekonomi berbasis hutan dan masyarakat pada 19-20 Agustus 2025 di Kantor Bapperida Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.
Acara ini dihadiri oleh sejumlah lembaga pemerintah Kabupaten, diantaranya Dinas Lingkungan Hidup (DISLH); Badan Perencanaan Pembangunan, Riset Dan Inovasi Daerah (Bapperida); Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (DISPERINDAGKOP); Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPM Pemdes); Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP); Dinas Perkebunan dan Peternakan; Kepala Kecamatan; dan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), pelaku usaha, NGO, serta akademisi.
FGD II ini didukung oleh School of Government & Public Policy (SGPP) sebagai mitra penunjang dalam analisis menggunakan MICMAC dan MACTOR. Selain itu, pelaksanaan FGD didukung oleh Forum Multipihak Kabupaten Sanggau dengan dukungan analis kebijakan dari Bapperida Kabupaten Sanggau.
Dalam pembukaannya, Plt. Kepala Bapperida Shopiar Juliansyah, S.E., M.M. menyambut pelaksanaan program yang dinilai relevan dengan agenda Kabupaten Sanggau, integrasi analisis hasil FGD sebagai satu di antara kajian multipihak menjadi luaran yang diharapkan dalam forum.

Analisis FGD yang dibantu dengan metode MICMAC dan MACTOR menghasilkan beberapa temuan. FGD pengembangan program iklim di Kalimantan Barat menyoroti tata kelola lembaga, pasar, dan rantai nilai sebagai isu pendorong utama dengan pemberdayaan masyarakat, agroforestri, dan konservasi sebagai indikator keberhasilan.
Model ekonomi restoratif dipandang menjadi jembatan dalam pengembangan program, sementara regulasi masih dipantau. Namun, hal ini berpotensi menjadi faktor penggerak ke depan. Pemerintah pusat dan provinsi dinilai sebagai driver, pemerintah kabupaten sebagai implementor, sementara masyarakat adat, sektor swasta, NGO, dan Bupati menjadi aktor kunci kolaborasi. Adapun Disperindagkop serta lembaga donor internasional diposisikan sebagai aktor pendukung.

Pelaksanaan FGD II di Kabupaten Sanggau berlangsung lebih terarah setelah tim fasilitator menerapkan panduan peserta secara konsisten dan membantu peserta membiasakan penggunaannya. Fasilitator juga bergantian memandu, serta menggali setiap segmen pertanyaan melalui Mentimeter sehingga diskusi berjalan dinamis dan produktif.
FGD II Sanggau ini menjadi langkah penting dalam menyatukan pemahaman multipihak terhadap strategi ekonomi berbasis hutan. Hasilnya akan menjadi fondasi untuk forum multipihak selanjutnya yang diarahkan pada perumusan skenario pembangunan berkelanjutan (FOLU Net Sink) di wilayah Sanggau.