Jakarta, Rabu (10/08) – Kerjasama antara Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Unilever Indonesia dan Perkumpulan Mandala Katalika Indonesia (Manka) menyelenggarakan Dialog Aksi Kolaboratif untuk Pengurangan dan Pengelolaan Sampah di DKI Jakarta yang bertempat di Creative Hall MBloc Space, Jakarta Selatan. Acara dilaksanakan dalam 3 sesi dengan tujuan berbagi visi, kondisi terkini, tantangan, peluang serta ketertarikan bersama untuk berkolaborasi dalam pengurangan dan pengelolaan sampah yang lebih baik.
Acara dibuka dengan sambutan dari Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, SE. M.Si yang mendukung kegiatan aksi kolaborasi berbagai pihak untuk bertanggung jawab bersama dalam mengurangi dan menangani masalah sampah di DKI Jakarta. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mensukseskan target 30% pengurangan sampah dan 70% penanganan sampah di tahun 2025, serta meminimalisir atau bila perlu menghilangkan sistem kumpul-angkut-buang sampah Jakarta ke Bantar Gebang yang telah membudaya.
Dalam acara ini, turut hadir pula para narasumber dari berbagai institusi seperti Direktorat Pengurangan Sampah Ditjen PSLB3 KLHK – Agnes Swastikarina Gusthi, Kepala Bidang Peran Serta Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup Pemprov DKI Jakarta – Edy Mulyanto, S.Sos, M.Si dan Sub-Koordinator Urusan Pengelolaan Sampah Ibu Rita Ningsih serta Head of Sustainability and Corporate Affairs PT. Unilever Indonesia Tbk. – Nurdiana Darus dengan moderator Bapak Juliarta Bramansa Ottay dari Perkumpulan Manka.
Peserta dialog terdiri dari berbagai unsur pemangku kepentingan seperti pelaku pengelolaan sampah yaitu Yayasan Kumala, Plastavfall Solution; start-up teknologi seperti SIKLUS, DUITIN, QYOS, Plastic Pay dan Koinpack; lembaga pendidikan seperti Universitas Indonesia, Universitas Nasional Jakarta, Universitas Bakrie dan Sekolah Adiwiyata dari SMPN 68 Jakarta dan SMA 78 Jakarta, dan lembaga non-pemerintah seperti LPBI Nahdlatul Ulama, Greeneration, Waste4Change dan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP).
Nurdiana Darus, mewakili PT Unilever Indonesia Tbk menyampaikan pentingnya komitmen dan kolaborasi semua pihak dalam menangani masalah sampah. Hal ini sejalan dengan komitmen Unilever pada tahun 2025 yang akan mengurangi setengah dari penggunaan kemasan plastik baru/virgin plastic, menggunakan 100% kemasan yang dapat didaur ulang dan atau dapat dikomposkan, mengumpulkan dan memproses lebih banyak kemasan plastik dibandingkan dengan yang dijual dan menggunakan sekurang-kurangnya 25% konten daur ulang dalam kemasan plastik. “Kami percaya bahwa penanganan masalah sampah membutuhkan komitmen dan kolaborasi dari semua pihak. Berbagai upaya telah kami mulai dan kami siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk bisa membantu mengatasi permasalahan ini.”
Dalam tanggapannya, Dr. Yosefina Anggraini dari Universitas Indonesia menyampaikan bahwa perubahan perilaku membutuhkan edukasi jangka panjang yang diperkaya dengan berbagai muatan lain seperti kesehatan masyarakat dan ketahanan pangan. Sejalan dengan kegiatan edukasi, Fahrian Yovanta dari Greeneration, menambahan pentingnya aspek pemberdayaan masyarakat dan komunitas. Tanggapan dari pelaku usaha yang diwakili oleh Jessica Situmeang dari SIKLUS, menyoroti perlunya dukungan perizinan, penyusunan sertifikasi dan penelitian bagi para inovator untuk dapat berkontribusi lebih dalam pengurangan sampah. Dari sisi anak muda, Bea Bethari dari Plastavfall Solution Bandung sangat terkesan dengan berbagai program yang sudah dijalankan di DKI Jakarta dan berharap dapat ditularkan ke daerah lain serta lebih banyak digerakkan oleh anak muda. Moh. Sofwan Luthfie dari LPBI NU, mengungkapkan sangat terkesan dengan acara dialog terkait sampah yang didominasi dengan anak muda dan telah banyak anak muda yang menjadi bagian dari solusi, kondisi ini sangat berbeda dengan kondisi 10 tahun lalu.
Melalui Dialog Aksi Kolaborasi ini, beberapa tantangan terbesar yang dihadapi dalam permasalahan sampah di DKI Jakarta adalah waktu kritis (3 tahun) untuk menyelesaikan target pengurangan dan pengelolaan sampah, sosialisasi dan edukasi yang dirasa masih sangat minim sehingga harus terus digerakkan di berbagai level masyarakat, serta memberikan pilihan alternatif tentang pengelolaan sampah yang jelas, mudah dan inovatif baik di sektor formal maupun informal. Untuk mendukung hal tersebut, dibutuhkan pula peningkatan dan pengawasan regulasi baik dari tingkat daerah maupun pusat dalam pengurangan dan pengelolaan sampah.
Sebagai bentuk peluang dan poin kunci, berbagai pihak dapat memanfaatkan platform digital dengan kolaborasi multi-pihak seperti sekolah, start up, swasta dan pemerintah yang mudah diakses dan melibatkan serta memfasilitasi ide-ide kreatif generasi muda agar menjadikan sampah bernilai ekonomi. Selain itu, meningkatkan pengelolaan sampah melalui sektor informal seperti pembinaan terhadap bank sampah-pengepul besar-TPS3R dengan dorongan dari pihak swasta dan produsen serta diregulasi oleh pemerintah juga dianggap penting. (Manka)