
Forum tematik IUCN 2025
Manka, 07 November 2025 – Mandala Katalika menghadiri kegiatan IUCN World Conservation Congress 2025 yang mengusung tema “Powering transformative conservation” di Abu Dhabi pada 9–15 Oktober 2025. Kongres ini menjadi forum terbesar bagi para ilmuwan, pakar kebijakan, pelaku usaha, dan profesional dari berbagai negara untuk berbagi pengalaman, inovasi, serta riset terkini mereka di dunia konservasi.
Sebagai anggota resmi IUCN, Manka turut berpartisipasi dalam Sidang Majelis Anggota yang di selenggarakan pada 13–15 Oktober 2025. Lebih dari 1.400 anggota IUCN, termasuk 10.000 peserta dari 189 negara, yang mencakup pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan komunitas adat turut berpartisipasi dalam 1.000 lebih acara, sesi, serta pameran untuk berbagi ide-ide inovatif dan inspiratif tentang konservasi pada masa mendatang.

Direktur Manka, Juliarta Bramansa Ottay
Direktur Manka, Juliarta Bramansa Ottay, menjadi salah satu pembicara dalam Thematic Forum yang dikelola oleh Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) dengan tajuk “From Fields to Forests: Sustaining Communities, Reviving Biodiversity di IUCN Asia Pavillion, Abu Dhabi pada Senin, 13 Oktober 2025.
Diskusi yang dipandu oleh Julia Ikasarana dari LTKL membahas bagaimana upaya konservasi di tingkat tapak dapat memberikan dampak nyata bagi keberlanjutan komunitas lokal sekaligus memulihkan keanekaragaman hayati.
Juliarta Bramansa Ottay memaparkan berbagai langkah strategis Manka yang tersebar di wilayah Aceh Tamiang (Aceh) Bersama GeRAK Aceh, Kabupaten Siak (Riau) bersama Perkumpulan Elang, Kalimantan Barat melalui kerja sama dengan Lembaga Bela Banua Talino (LBBT) di Sintang, Sanggau, dan Kapuas Hulu.

Manka menjadi pembicara pada forum tematik IUCN 2025
Ia menjelaskan bahwa ide utama Manka adalah menerjemahkan dokumen Forest and Other Land Uses (FOLU) Net Sink menjadi kebijakan dan program yang dapat diimplementasikan secara konkret oleh pemerintah daerah. Manka bersama mitra aktif berdialog dengan berbagai aktor untuk mengidentifikasi isu-isu yang dihadapi dan dibutuhkan dalam upaya keberlanjutan lingkungan.
Lebih lanjut, Juliarta menyoroti tantangan dalam membangun ekonomi yang mendukung rencana FOLU, salah satunya melalui kajian rantai nilai komoditas daerah. Pemetaan komoditas sagu di Kabupaten Siak menjadi salah satu contohnya.
Hasil studi Manka menunjukkan bahwa meskipun Siak memiliki kebun dan pabrik sagu, sebagian besar konsumsi mie sagu justru untuk kabupaten lain. Kondisi ini mendorong Manka untuk mencari solusi agar produk lokal dapat lebih kompetitif di pasar.
Dalam konteks biodiversitas, Manka menjalin kerja sama dengan Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) dan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN), serta sedang menjajaki kolaborasi dengan Taman Nasional Zamrud di Riau. Saat ini Manka sedang mengembangkan gagasan inovatif dalam mekanisme pendanaan konservasi.
“Kalau di Afrika ada program Bonobo Credit, kami ingin mengimplementasikan program yang serupa dengan spesies lain di Indonesia, ide saat ini adalah Tiger Credit”, ungkap Juliarta Bramansa Ottay.
Ia juga membagikan pengalaman Manka saat menghadiri New York Climate Week. Manka bersama Pemerintah Daerah Aceh Tamiang mempresentasikan ekosistem mangrove dan peluang eksplorasi program blue carbon di wilayah tersebut. Inisiatif ini mendapat respon positif dari peserta NYCW dan membuka peluang bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) alternatif sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Kemudian narasumber lain, yakni Nurain Lapolo selaku Direktur Eksekutif Japesda dan Dolly Priatna selaku Direktur Eksekutif Belantara Foundation membahas tentang program restorasi hutan, serta kisah komunitas berkelanjutan yang mendukung pelestarian keanekaragaman hayati.

Manka ikut serta dalam Majelis Anggota IUCN
Melalui partisipasi di IUCN, Manka menegaskan komitmen untuk terus mendorong upaya konservasi di tingkat tapak dan mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Indonesia melalui keikutsertaan di majelis anggota IUCN.